Selasa, 22 Desember 2015

MENCEGAH BAHAYA LOGAM BERAT



SSadar ataupun tidak sadar kondisi lingkungan kita dewasa ini semakin tercemar dan membahayakan kesehatan. Kandungan bahan kimia berbahaya semakin lama semakin terakumulasi baik pada tanah, air dan udara. Salah satu cemaran/polusi yang penting untuk diwaspadai adalah Logam Berat.
Logam berat (heavy metal) adalah logam dengan massa jenis lebih dari 5 g/cm3. Kedalam kelompok ini juga termasuk sekitar 40 jenis unsur-unsur metal. Menurut Kementerian Negara Kependudukan dan Lingkungan Hidup (1990) sifat toksisitas logam berat dapat dikelompokan ke dalam 3 kelompok, yaitu :
  • Bersifat toksik tinggi yang terdiri dari atas unsur-unsur merkuri (Hg), kadmium (Cd), Timbal (Pb), Tembaga (Cu), dan Seng (Zn).
  • Bersifat toksik sedang terdiri dari unsur-unsur Cr, Nikel (Ni), dan kobalt (Co).
  • Bersifat tosik rendah terdiri atas unsur Mangan (Mn) dan Besi (Fe).
Logam-logam berat tersebut berada di lingkungan sekitar kita baik dalam bentuk padat, cair maupun gas yang bisa terdapat dalam tanah, air dan udara. Logam berat dapat masuk dalam tubuh manusia umumnya melalui makanan baik dari tumbuh-tumbuhan (sayur-sayuran, buah-buahan) yang tumbuh di dalam tanah pertanian yang tercemar banyak logam berat atau pun dari bahan kimia yang digunakan dilahan pertanian.
Logam berat juga dapat terakumulasi dalam tubuh manusia karena mengkonsumsi daging ternak atau pun ikan yang tercemar logam berat. Patut juga kita waspada dengan produk-produk perawatan diri seperti krim pemutih yang mungkin mengandung merkuri. Logam Timbal dapat ditemukan pada kabel, cat (sebagai zat pewarna), penyepuhan, pestisida, dan pada bensin. Timbal juga terkandung dalam tinta pada kertas koran. Sedangkan arsen banyak ditemui padastyrofoam yang yang biasa dijadikan pembungkus makanan.
Logam berat terakumulasi secara perlahan dalam tubuh yang akan menyebabkan gangguan sel-sel normal dan fungsi organ, mengubah keseimbangan mineral, menekan sistem kekebalan tubuh, merusak otak dan jantung serta ginjal. Merkuri bisa menyebabkan tremor, pengurangan pendengaran, penglihantan dan daya ingat hingga menggangu syaraf pusat. Kasus teluk Minamata di Jepang adalah salah satu contoh yang paling menggemparkan dari keracunan berat terhadap merkuri.
Karena itu penting untuk mengupayakan agar logam-logam berat tersebut tidak masuk ke dalam tubuh, namun jika ada sebahagian yang terserap dalam tubuh, berbagai zat dalam makanan akan mengikat logam berat tersebut sehingga tidak terserap oleh tubuh, bahakan dapat dibuang keluar tubuh. Asam amino yang mengandung bersulfur dan sulfihidril (L-methionin dan Sistein) merupakan senyawa yang paling efektif dalam detoksifikasi logam berat. Konsumsi banyak sayur-syuran dan buah-buah ternyata juga bermanfaat untuk membuang logam-logam berat yang masuk dari makanan atau minuman karena sayur dan buah tinggi kadar senyawa fitokimia (seperti polifenol dan silimarin) yang dapat mengikat dan mencegah penyerapan senyawa-senyawa logam berat.
Makanan kesehatan seperti Supergreen Food mengandung asam amino methionin dan sistein, tinggi kadar fitokimia polifenol, juga pikosianin dan klorofil yang dapat membantu mengikat dan mengeluarkan logam berat yang ada dalam tubuh.

BAHAYA LOGAM BERAT BAGI KESEHATAN


MANUSIA bukan hanya menderita sakit karena menghirup udara yang tercemar, tetapi juga akibat mengasup makanan yang tercemar logam berat. Sumbernya sayur-sayuran dan buah-buahan yang ditanam di lingkungan yang tercemar atau daging dari ternak yang makan rumput yang sudah mengandung logam berat yang sangat berbahaya bagi kesehatan manusia.
Akhir-akhir ini kasus keracunan logam berat yang berasal dari bahan pangan semakin meningkat jumlahnya. Pencemaran logam berat terhadap alam lingkungan merupakan suatu proses yang erat hubungannya dengan penggunaan bahan tersebut oleh manusia. 

Pencemaran lingkungan oleh logam berat dapat terjadi jika industri yang menggunakan logam tersebut tidak memperhatikan keselamatan lingkungan, terutama saat membuang limbahnya. Logam-logam tertentu dalam konsentrasi tinggi akan sangat berbahaya bila ditemukan di dalam lingkungan (air, tanah, dan udara).
Sumber utama kontaminan logam berat sesungguhnya berasal dari udara dan air yang mencemari tanah. Selanjutnya semua tanaman yang tumbuh di atas tanah yang telah tercemar akan mengakumulasikan logam-logam tersebut pada semua bagian (akar, batang, daun dan buah). 
Ternak akan memanen logam-logam berat yang ada pada tanaman dan menumpuknya pada bagian-bagian dagingnya. Selanjutnya manusia yang termasuk ke dalam kelompok omnivora (pemakan segalanya), akan tercemar logam tersebut dari empat sumber utama, yaitu udara yang dihirup saat bernapas, air minum, tanaman (sayuran dan buah-buahan), serta ternak (berupa daging, telur, dan susu).
Sesungguhnya, istilah logam berat hanya ditujukan kepada logam yang mempunyai berat jenis lebih besar dari 5 g/cm3. Namun, pada kenyataannya, unsur-unsur metaloid yang mempunyai sifat berbahaya juga dimasukkan ke dalam kelompok tersebut. Dengan demikian, yang termasuk ke dalam kriteria logam berat saat ini mencapai lebih kurang 40 jenis unsur. Beberapa contoh logam berat yang beracun bagi manusia adalah: arsen (As), kadmium (Cd), tembaga (Cu), timbal (Pb), merkuri (Hg), nikel (Ni), dan seng (Zn). 
Arsen
Arsen (As) atau sering disebut arsenik adalah suatu zat kimia yang ditemukan sekitar abad-13. Sebagian besar arsen di alam merupakan bentuk senyawa dasar yang berupa substansi inorganik. Arsen inorganik dapat larut dalam air atau berbentuk gas dan terpapar pada manusia. Menurut National Institute for Occupational Safety and Health (1975), arsen inorganik bertanggung jawab terhadap berbagai gangguan kesehatan kronis, terutama kanker. Arsen juga dapat merusak ginjal dan bersifat racun yang sangat kuat. 
Merkuri 
Merkuri (Hg) atau air raksa adalah logam yang ada secara alami, merupakan satu-satunya logam yang pada suhu kamar berwujud cair. Logam murninya berwarna keperakan, cairan tak berbau, dan mengkilap. Bila dipanaskan sampai suhu 3570C, Hg akan menguap. Selain untuk kegiatan penambangan emas, logam Hg juga digunakan dalam produksi gas klor dan soda kaustik, termometer, bahan tambal gigi, dan baterai.
Walaupun Hg hanya terdapat dalam konsentrasi 0,08 mg/kg kerak bumi, logam ini banyak tertimbun di daerah penambangan. Hg lebih banyak digunakan dalam bentuk logam murni dan organik daripada bentuk anorganik. Logam Hg dapat berada pada berbagai senyawa. Bila bergabung dengan klor, belerang, atau oksigen, Hg akan membentuk garam yang biasanya berwujud padatan putih. Garam Hg sering digunakan dalam krim pemutih dan krim antiseptik. 
Timbal
Logam timbal (Pb) merupakan logam yang sangat populer dan banyak dikenal oleh masyarakat awam. Hal ini disebabkan oleh banyaknya Pb yang digunakan di industri nonpangan dan paling banyak menimbulkan keracunan pada makhluk hidup. Pb adalah sejenis logam yang lunak dan berwarna cokelat kehitaman, serta mudah dimurnikan dari pertambangan. 
Dalam pertambangan, logam ini berbentuk sulfida logam (PbS), yang sering disebut galena. Senyawa ini banyak ditemukan dalam pertambangan di seluruh dunia. Bahaya yang ditimbulkan oleh penggunaan Pb ini adalah sering menyebabkan keracunan. 
Menurut Darmono (1995), Pb mempunyai sifat bertitik lebur rendah, mudah dibentuk, mempunyai sifat kimia yang aktif, sehingga dapat digunakan untuk melapisi logam untuk mencegah perkaratan. Bila dicampur dengan logam lain, membentuk logam campuran yang lebih bagus daripada logam murninya, mempunyai kepadatan melebihi logam lain. 
Logam Pb banyak digunakan pada industri baterai, kabel, cat (sebagai zat pewarna), penyepuhan, pestisida, dan yang paling banyak digunakan sebagai zat antiletup pada bensin. Pb juga digunakan sebagai zat penyusun patri atau solder dan sebagai formulasi penyambung pipa yang mengakibatkan air untuk rumah tangga mempunyai banyak kemungkinan kontak dengan Pb (Saeni, 1997). 
Logam Pb dapat masuk ke dalam tubuh melalui pernapasan, makanan, dan minuman. Logam Pb tidak dibutuhkan oleh manusia, sehingga bila makanan tercemar oleh logam tersebut, tubuh akan mengeluarkannya sebagian. Sisanya akan terakumulasi pada bagian tubuh tertentu seperti ginjal, hati, kuku, jaringan lemak, dan rambut. 

Tembaga 
Tidak seperti logam-logam Hg, Pb, dan Cd, logam tembaga (Cu) merupakan mikroelemen esensial untuk semua tanaman dan hewan, termasuk manusia. Logam Cu diperlukan oleh berbagai sistem enzim di dalam tubuh manusia. Oleh karena itu, Cu harus selalu ada di dalam makanan. Yang perlu diperhatikan adalah menjaga agar kadar Cu di dalam tubuh tidak kekurangan dan juga tidak berlebihan. 
Kebutuhan tubuh per hari akan Cu adalah 0,05 mg/kg berat badan. Pada kadar tersebut tidak terjadi akumulasi Cu pada tubuh manusia normal. Konsumsi Cu dalam jumlah yang besar dapat menyebabkan gejala-gejala yang akut.
Logam Cu yang digunakan di pabrik biasanya berbentuk organik dan anorganik. Logam tersebut digunakan di pabrik yang memproduksi alat-alat listrik, gelas, dan zat warna yang biasanya bercampur dengan logam lain seperti alloi dengan Ag, Cd, Sn, dan Zn. 
Garam Cu banyak digunakan dalam bidang pertanian, misalnya sebagai larutan “Bordeaux” yang mengandung 1-3% CuSO4 untuk membasmi jamur pada sayur dan tumbuhan buah. Senyawa CuSO4 juga sering digunakan untuk membasmi siput sebagai inang dari parasit, cacing, dan juga mengobati penyakit kuku pada domba (Darmono, 1995). 
Sumber Kontaminan
Kandungan alamiah logam pada lingkungan dapat berubah-ubah, tergantung pada kadar pencemaran oleh ulah manusia atau perubahan alam, seperti erosi. Kandungan logam tersebut dapat meningkat bila limbah perkotaan, pertambangan, pertanian, dan perindustrian yang banyak mengandung logam berat masuk ke lingkungan. 
Dari berbagai limbah tersebut, umumnya yang paling banyak mengandung logam berat adalah limbah industri. Hal ini disebabkan senyawa atau unsur logam berat dimanfaatkan dalam berbagai industri, baik sebagai bahan baku, katalisator, maupun sebagai bahan tambahan.
Penyebab utama logam berat menjadi bahan pencemar berbahaya adalah karena sifatnya yang tidak dapat dihancurkan (nondegradable) oleh organisme hidup yang ada di lingkungan. Akibatnya, logam-logam tersebut terakumulasi ke lingkungan, terutama mengendap di dasar perairan membentuk senyawa kompleks bersama bahan organik dan anorganik secara adsorbsi dan kombinasi. 
Arsen banyak ditemukan di dalam air tanah. Hal ini disebabkan arsen merupakan salah satu mineral yang memang terkandung dalam susunan batuan bumi. Arsen dalam air tanah terbagi dalam dua bentuk, yaitu bentuk tereduksi, terbentuk dalam kondisi anaerobik, sering disebut arsenit. Bentuk lainnya adalah bentuk teroksidasi, terjadi pada kondisi aerobik, umum disebut sebagai arsenat (Jones, 2000). 
Hg anorganik (logam dan garam Hg) terdapat di udara dari deposit mineral dan dari area industri. Logam Hg yang ada di air dan tanah terutama berasal dari deposit alam, buangan limbah, dan akitivitas vulkanik. Logam Hg dapat pula bersenyawa dengan karbon membentuk senyawa Hg organik. 
Senyawa Hg organik yang paling umum adalah metil merkuri, yang terutama dihasilkan oleh mikroorganisme (bakteri) di air dan tanah. Bila bakteri itu kemudian termakan oleh ikan, ikan tersebut cenderung memiliki konsentrasi merkuri yang tinggi.
Logam ini digunakan secara luas untuk mengekstrak emas dari bijihnya, baik sebelum maupun sesudah proses sianidasi digunakan. Ketika Hg dicampur dengan bijih tersebut, Hg akan membentuk amalgam dengan emas atau perak. Untuk mendapatkan emas dan perak, amalgam tersebut harus dibakar untuk menguapkan merkurinya. 
Para penambang emas tradisional menggunakan merkuri untuk menangkap dan memisahkan butir-butir emas dari butir-butir batuan. Endapan Hg ini disaring menggunakan kain untuk mendapatkan sisa emas. Endapan yang tersaring kemudian diremas-remas dengan tangan. Air sisa-sisa penambangan yang mengandung Hg dibiarkan mengalir ke sungai dan dijadikan irigasi untuk lahan pertanian.
Selain itu, komponen merkuri juga banyak tersebar di karang, tanah, udara, air, dan organisme hidup melalui proses fisik, kimia, dan biologi yang kompleks. Walaupun mekanisme keracunan merkuri di dalam tubuh belum diketahui dengan jelas, beberapa hal mengenai daya racun merkuri dapat dijelaskan sebagai berikut (Fardiaz, 1992): 
1. Semua komponen merkuri dalam jumlah cukup, beracun terhadap tubuh.
2. Masing-masing komponen merkuri mempunyai perbedaan karakteristik dalam daya   
    racun, distribusi, akumulasi, atau pengumpulan, dan waktu retensinya di dalam tubuh.
3. Transformasi biologi dapat terjadi di dalam lingkungan atau di dalam tubuh, saat
    komponen merkuri diubah dari satu bentuk ke bentuk lainnya.
4. Pengaruh buruk merkuri di dalam tubuh adalah melalui penghambatan kerja enzim dan
    kemampuannya untuk berikatan dengan grup yang mengandung sulfur di dalam molekul
    enzim dan dinding sel.
5. Kerusakan tubuh yang disebabkan merkuri biasanya bersifat permanen, dan sampai saat
    ini belum dapat disembuhkan. 
Sumber kontaminan timbal (Pb) terbesar dari buatan manusia adalah bensin beraditif timbal untuk bahan bakar kendaraan bermotor. Diperkirakan 65 persen dari semua pencemaran udara disebabkan emisi yang dikeluarkan oleh kendaraan bermotor.
Cemaran logam Cu pada bahan pangan pada awalnya terjadi karena penggunaan pupuk dan pestisida secara berlebihan. Meskipun demikian, pengaruh proses pengolahan akan dapat mempengaruhi status keberadaan tersebut dalam bahan pangan.
Kebun Sayur di Pinggir Jalan Berbahaya 
Logam berat dapat terakumulasi dalam jumlah yang cukup besar pada tanaman seperti padi, rumput, beberapa jenis leguminosa untuk pakan ternak, dan sayuran. Logam berat seperti Pb, Cd, Cu, dan Zn sering terakumulasi pada komoditi tanaman. Kandungan merkuri pada beras yang dipanen dari sawah dengan irigasi air limbah penambangan emas tradisional di Nunggul dan Kalongliud sekitar Pongkor, Bogor, Jawa Barat, masing-masing mencapai 0,45 dan 0,25 ppm (Sutono, 2002). 
Sumber bahan pangan lain yang dilaporkan tinggi kadar timbalnya adalah makanan kaleng (50-100 mkg/kg), jeroan terutama hati dan ginjal ternak (150 mkg/kg), ikan (170 mkg/kg). Kelompok yang paling tinggi adalah kerang-kerangan (molusca) dan udang-udangan (crustacea), yaitu rata-rata lebih tinggi dari 250 mkg/kg (Winarno dan Rahayu, 1994). 
Jenis bahan pangan lain yang mengandung kontaminan timbal cukup tinggi adalah sayuran yang ditanam di tepi jalan raya. Kandungan rata-ratanya sebesar 28,78 ppm, jauh di atas batas aman yang diizinkan Direktorat Jendral Pengawas Obat dan Makanan, yaitu sebesar 2 ppm (Winarno, 1997). 
Cemaran tembaga (Cu) terdapat pada sayuran dan buah-buahan yang disemprot dengan pestisida secara berlebihan. Penyemprotan pestisida banyak dilakukan untuk membasmi siput dan cacing pada tanaman sayur dan buah. 
Arsen terkandung dalam ikan dan makanan laut lainnya, seperti udang, cumi-cumi, dan kerang. Kandungan arsen dalam makanan laut mencapai angka lebih dari 4,5 mikrogram arsen/g berat basah. Arsen juga terdapat dalam daging dan sayur-sayuran, namun jumlahnya amat kecil.
Dari Tremor Sampai ke Kematian 
Sulit untuk menduga seberapa besar akibat yang ditimbulkan oleh adanya logam berat dalam tubuh. Namun, sebagian besar toksisitas yang disebabkan oleh beberapa jenis logam berat seperti Pb, Cd, dan Hg adalah karena kemampuannya untuk menutup sisi aktif dari enzim dalam sel. 
Hg mempunyai bentuk kimiawi yang berbeda-beda dalam menimbulkan keracunan pada mahluk hidup, sehingga menimbulkan gejala yang berbeda pula. Toksisitas Hg dalam hal ini dibedakan menjadi dua bagian, yaitu toksisitas organik dan anorganik. 
Pada bentuk anorganik, Hg berikatan dengan satu atom karbon atau lebih, sedangkan dalam bentuk organik, dengan rantai alkil yang pendek. Senyawa tersebut sangat stabil dalam proses metabolisme dan mudah menginfiltrasi jaringan yang sukar ditembus, misalnya otak dan plasenta. Senyawa tersebut mengakibatkan kerusakan jaringan yang irreversible, baik pada orang dewasa maupun anak (Darmono, 1995).
Toksisitas Hg anorganik menyebabkan penderita biasanya mengalami tremor. Jika terus berlanjut dapat menyebabkan pengurangan pendengaran, penglihatan, atau daya ingat.
Senyawa merkuri organik yang paling populer adalah metil merkuri yang berpotensi menyebabkan toksisitas terhadap sistem saraf pusat. Kejadian keracunan metil merkuri paling besar pada makhluk hidup timbul di tahun 1950-an di Teluk Minamata, Jepang yang terkenal dengan nama Minamata Disease.
Timbal (Pb) dapat masuk ke dalam tubuh melalui pernapasan, makanan, dan minuman. Accidental poisoning seperti termakannya senyawa timbal dalam konsentrasi tinggi dapat mengakibatkan gejala keracunan timbal seperti iritasi gastrointestinal akut, rasa logam pada mulut, muntah, sakit perut, dan diare. 
Menurut Darmono (1995), Pb dapat mempengaruhi sistem saraf, inteligensia, dan pertumbuhan. Pb di dalam tubuh terikat pada gugus SH dalam molekul protein dan hal ini menyebabkan hambatan pada aktivitas kerja sistem enzim. Efek logam Pb pada kesehatan manusia adalah menimbulkan kerusakan otak, kejang-kejang, gangguan tingkah laku, dan bahkan kematian. 
Toksisitas logam Cu pada manusia, khususnya anak-anak, biasanya terjadi karena CuSO4. Beberapa gejala keracunan Cu adalah sakit perut, mual, muntah, diare, dan beberapa kasus yang parah dapat menyebabkan gagal ginjal dan kematian (Darmono, 1995).
Senyawa arsen sangat sulit dideteksi karena tidak memiliki rasa yang khas atau ciri-ciri pemaparan lain yang menonjol. Gejala keracunan senyawa arsen terutama adalah sakit di kerongkongan, sukar menelan, menyusul rasa nyeri lambung dan muntah-muntah. Kompensasi dari pemaparan arsen terhadap manusia adalah kanker, terutama kanker paru-paru dan hati. Terpapar arsen di udara juga dapat menyebabkan pembentukan kanker kulit pada manusia.
Awas, Koran Bekas 
Usaha-usaha untuk menanggulangi pencemaran logam berat di Indonesia sampai saat ini belum banyak dilakukan. Hal ini terutama karena sebagian besar industri di Indonesia belum mempunyai sarana pengolahan limbah yang memadai. 
Usaha yang dapat kita lakukan untuk menghindari bahaya logam berat, antara lain dengan menghindari sumber bahan pangan yang memiliki risiko mengandung logam berat, mencuci dan mengolah bahan pangan yang akan dikonsumsi dengan baik dan benar. 
Selain itu, kita juga perlu memperhatikan dan peduli terhadap lingkungan agar pencemaran tidak semakin bertambah jumlahnya. Peningkatan pengetahuan mengenai logam berat juga dapat bermanfaat dan membuat kita lebih waspada terhadap pencemaran logam berat. 
Logam berat di dalam bahan pangan ternyata tidak hanya terdapat secara alami, namun juga dapat merupakan hasil migrasi dari bahan pengemasnya. Oleh karena itu, pengemasan bahan pangan harus dilakukan secara hati-hati. Pengemasan makanan dengan menggunakan kertas koran bekas tentu tidak tepat karena memungkinkan terjadinya migrasi logam berat (terutama Pb) dari tinta pada koran ke makanan. Pengemasan makanan dengan bahan yang memiliki aroma kuat, seperti PVC (Poly Vinyl Chloride) dan styrofoam, memungkinkan terjadinya migrasi arsen ke makanan. (Kompas.com)

LIMBAH KAYU




ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN HIDUP
(AMDAL)
TEKNIK LINGKUNGAN

BAB I
PENDAHULUAN

Latar Belakang
Pengertian limbah kayu adalah kayu sisa potongan dalam berbagai  bentuk  dan  ukuran  yang  terpaksa  harus  dikorbankan  dalam  proses produksinya karena tidak dapat menghasilkan produk (output) yang bernilai tinggi dari segi ekonomi dengan tingkat teknologi pengolahan tertentu yang digunakan (DEPTAN, 1970).

Sunarso dan Simarmata (1980) dalam Iriawan (1993) menjelaskan bahwa limbah kayu adalah sisa-sisa kayu atau bagian kayu yang dianggap tidak bernilai ekonomi lagi dalam proses tertentu, pada waktu tertentu dan tempat tertentu yang mungkin masih dimanfaatkan pada proses dan waktu yang berbeda.

Jenis-jenis Limbah Kayu
Berdasarkan asalnya limbah kayu dapat digolongkan sebagai berikut :
  1. Limbah kayu yang berasal dari daerah pembukaan lahan  untuk  pertanian dan perkebunan antara lain berupa kayu yang tidak terbakar, akar, tunggak, dahan dan ranting.
  2. Limbah kayu yang berasal dari daerah penebangan pada areal HPH dan IPK antara lain potongan kayu dengan berbagai bentuk dan ukuran, tunggak,  kulit, ranting pohon yang berdiameter kecil dan tajuk dari pohon yang ditebang. 
  3. Limbah hasil dari proses industrikayu lapis dan penggergajian berupa serbuk kayu, potongan pinggir, serbuk pengamplasan, log end (hatikayu) dan veneer (lembarantriplek).
Simarmata dan Haryono (1986) dalam Iriawan (1993) menyatakan bahwa limbah kayu dapat dibedakan menjadi 2 golonganyaitu :
  1. Limbah kayu yang terjadi pada kegiatan eksploitasi hutan berupa pohon yang di tebang terdiri dari batang sampai bebas cabang, tunggak dan bagian di atas cabang pertama.
  2. Limbah kayu yang berasal dari industry pengolahan kayu antara lain berupa lembaran veneer rusak, log end atau kayu penghara yang tidak berkualitas, sisa kupasan, potongan log, potongan lembaran veneer, serbuk gergajian, serbuk pengamplasan, sebetan, potongan ujung dari kayu gergajian dan kulit.

 RumusanMasalah

1. Apakah yang dimaksud dengan limbah kayu ?
2. Mengapa orang lebih suka membuang sisa limbah kayu ?
3. Bagaiana dampak negative dan manfaat dari limbah kayu bagi kehidupan ?
4 Bagaimana cara mengelola limbah kayu yang benar ?
5. Bagaimana usaha pengelolaan limbah kayu ?

Tujuan Penelitian

1. Membuka kesadaran masyarakat akan pentingnya kebersihan lingkungan
2. Mengimbau masyarakat akan pentingnya pengelolaan limbah
3 Menyampaikan cara mengelola limbah yang baik dan benar
4. Untuk menagani dan mengatur strategi cara mendaur ulang limbah kayu

Manfaat Penelitian

1. Pembaca dapat memahami pengertian limbah kayu
2.Pembaca dapat mengetahui dampak negative jika mengelola limbah kayu dengan tidak tepat
3.Pembaca dapat mengetahui manfaat limbah kayu
4.Pembaca dapat mengetahui cara mengelola limbah kayu yang benar
5. Pembaca dapat mengetahui dari pengelolaan limbah kayu



BAB II
PEMBAHASAN MATERI

PEMANFAATAN KEMBALI LIMBAH POTONGAN KAYU MENJADI MATERIAL FURNITURE DAN ELEMEN PEMBENTUK RUANG DALAM INTERIOR

         Perkembangan dalam pengerjaan serta pengolahan kayu berjalan sangat pesat, terlebih karena Indonesia memiliki kekayaan yang luar biasa terhadap aneka jenis kayu.Mengenal material kayu dengan tujuan digunakan dan dimanfaatkan, merupakan hal yang penting, baik bagi pengusaha yang bergerak dalam bidang industry kayu, maupun pemakai kayu lainnya  agar dalam pemanfaatannya kayu dapat digunakan secara benar dan maksimal sehingga tidak terjadi pemborosan penggunaan kayu dan pada akhirnya dapat mengurangi dampak buruknya baik pada alam maupun bagi manusia yang menggunakannya.
     Dalam pemanfaatannya, kayu banyak digunakan sebagai material utama pembuatan furnitur serta sebagai bagian dari pondasi bangunan. Dalam pembuatan furniture misalnya, kayu tersebut diolah menjadi potongan-potongan kayu yang disesuaikan dengan bentuk furniture yang akan dibuat. Sisa dari potongan kayu tersebut biasanya berupa potongan kayu berukuran sedang dan kecil yang pada akhirnya hanya dianggap sebagai limbah tidak bermanfaat dan dibuang begitu saja, kemudian berujung menjadi kayu bakar dan asapnya akan menghasilkan CO2 yang dapat mencemari lingkungan.
     Setelah proses pemanfaatan kayu tersebut selesai, kemudian muncul masalah lain baik di masyarakatnya sendiri maupun pemanfaatannya kemudian di Interior. Masalah yang muncul di masyarakat adalah mengenai kurangnya pengetahuan masyarakat tentang bagaimana memanfaatkan limbah potongan kayu agar tak terbuang sia-sia dan dapat menjadi ide kreatif yang juga bermanfaat. Sedangkan di Interior sendiri, masalah yang timbul adalah bagaimana limbah potongan kayu tersebut dapat dimanfaatkan secara tepat menjadi bagian dari furnitur maupun elemen pembentuk ruang, sehingga selain bermanfaat dari segi fungsi juga dapat menambah keindahan interior itu sendiri.
      Beberapa jenis kayu yang cukup dikenal di Indonesia antaralain, kayujati (bau zat penyamak), kayu ulin (bau ke asam-asaman), kayu merbau, kayu bintangur dan mahoni (agak berat dan agak keras), kayu pinus (agak berat, lunak), kayu sono keeling dan sono kembang (mempunyai nilai dekoratif), kayu sengon (dayatahan bakar kecil). Dari sekian banyak jenis kayu tersebut hanya beberapa kayu yang banyak dikenal dan dimanfaatkan sebagai material pembuatan furniture oleh masyarakat, antara lain kayu jati, kayu sono keling, dan kayu mahoni.

      Keawetan kayu berhubungan erat dengan pemakaiannya. Kayu dikatakan awet jika memiliki umur pakai lama. Kayu berumur pakai lama bila mampu menahan bermacam-macam faktor perusak kayu, seperti suhu dan kelembaban udara, panas matahari, udara, air, pukulan, gesekan, tarikan, tekanan, pengaruh garam, asam, dan basa, jamur penyerang kayu, serangga perusak kayu, lubang serangga penggerek atau cacing laut. (J.F.Dumanauw, 1990 : 7)
   Adapun tujuan pengawetan kayu antara lain untuk memperpanjang usia keawetan kayu, dan memanfaatkan pemakaian jenis-jenis kayu yang berkelas pengawetan rendah menjadi pengawetan yang sedang. (Kasmudjo, 2010 : 55)
   Pengawetan kayu dibagi menjadi dua, yaitu pengawetan remanen atau sementara dan pengawetan permanen. Pengawetan sementara bertujuan menghindari serangan perusak kayu pada kayu basah dengan menggunakan bahan pengawet antara lain NaPCP (Natrium Penthaclor Phenol), Gammexane, dan Borax. Pengawetan permanen bertujuan menahan semua faktor perusak kayu dalam waktu selama mungkin dengan menggunakan bahan pengawet seperti Creosot, Carbolineun, dan Napthaline. (J.F.Dumanauw, 1990 : 7)


SOLUSI PROSES PENGOLAHAN DAN PEMANFAATAN LIMBAH POTONGAN KAYU MENJADI SEBUAH PAPAN KAYU SEBAGAI MATERIAL FURNITUR DAN INTERIOR

     Limbah potongan kayu adalah sisa-sisa potongan kayu, seperti sisa potongan kayu furniture yang sudah tidak terpakai lagi dan memiliki ukuran serta bentuk yang bervariasi.
      Limbah potongan kayu ini dapat ditemukan di pabrik-pabrik pembuatan furniture. Biasanya limbah kayu ini berupa potongan dan serpihan. Limbah potongan ini berupa papan-papan  atau potongan-potongan kecil yang masih dapat dilihat bentuknya. Sedangkan serpihan kayu merupakan sisa-sisa proses pengolahan kayu baik pemotongan maupun penghalusan yang menghasilkan bubuk-bubuk kayu. Saat ini, bubuk kayu telah banyak dimanfaatkan menjadi kayu olahan seperti multipleks, blockboard, dan sebagainya, sedangkan potongan kayu masih belum banyak dimanfaatkan (Kasmudjo, 2010 : 55).
Untuk mengolah limbah potongan kayu, langkah pertama adalah membentuk menjadi papan kayu dan kemudian diaplikasikan pada furnitur dan elemen pembentuk ruang di dalam interior.
Proses pengolahan limbah potongan kayu menjadi papan kayu antara lain:
1.  Potongan limbah kayu yang digunakan sebaiknya merupakan limbah potongan kayu yang memiliki ukuran yang hampir sama. Oleh karena itu, sebelum digunakan, sebaiknya limbah potongan kayu tersebut diklasifikasikan terlebih dahulu menjadi beberapa ukuran.
2.       Pada bagian sisi potongan kayu saling didekatkan dan diluruskan dengan potongan kayu lainnya.
3.   Bagian sisi-sisi kayu yang telah dicocokkan dan diluruskan kemudian di beri lem dan direkatkan. Terdapat dua jenis lem yang dapat digunakan, yaitu lem alteco dan lem G (waktu perekatan lebih cepat), serta lem racol atau rajawali putih (waktu perekatan cukup lama).
4.   Setelah sambungan lem kering, dan kayu telah saling merekat menjadi sebuah papan kayu, proses selanjutnya adalah pengetaman (dihaluskan dengan mesin ketam listrik). Fungsi dari proses ini selain untuk meratakan dan meluruskan, juga untuk membersihkan potongan kayu daari kotoran-kotoran ataupun sisa finishing sebelumnya. Beberapa proses ketam, antara lain:
·         Ketam perata (surface planner). Merupakan mesin ketam dua sisi yang berfungsi meratakan dua sisi papan kayu.
·         Ketam penebal (thicknesser). Merupakan mesin ketam yang berfungsi meratakan pada dua sisi dan meluruskan pada dua sisi lainnya.
·         Ukuran ditentukan sesuai keperluan, lalu papan dipotong menggunakan gergaji circle (circular saw) dengan sistem kerja gergaji mesin berada pada satu tempat dan kayu tersebut yang didorong melewati gergaji.
·         Jika tidak terdapat mesin ketam listrik, dapat menggunakan mesin ketam manual untuk meratakan dan gergaji manual untuk meluruskan. (I Made Westra, 1993 : 106)

    Papan kayu yang terdiri dari potongan-potongan kayu tersebut kemudian dapat dimanfaatkan menjadi berbagai benda pakai pada interior suatu ruangan. Selain menambah fungsi dari limbah potongan kayu tersebut, papan limbah potongan kayu ini juga dapat menambah nilai estetis pada suatu benda. Hal ini karena papan memiliki ciri-ciri yang berbeda dibandingkan dengan papan kayu biasa. Ciri-ciri tersebut anatara lain adanya perbedaan beberapa warna kayu yang digunakan, arah serat kayu yang berbeda-beda, dan bentuk serta ukuran kayu yang direkatkan juga berbeda-beda.
Beberapa benda pakai yang dapat dibuat menggunakan papan limbah potongan kayu:
·         Elemen pembentuk ruang : partisi atau pembatas dinding, plafon, pelapis dinding, pelapis lantai.
·         Furniture : lemari pajang (storage), coffee table, Top table pada coffee table
·         Aksesoris interior (table lamp, standing lamp, kotak penyimpanan, dsb)
·         Elemen hias perabot (kursi, meja, lemari, dsb)

     Finishing dilakukan pada akhir proses pengerjaan papan limbah potongan kayu ini. tujuan finishing adalah untuk menghindarkan pengaruh kelembaban udara, mencegah serangan hama dan jamur perusak, serta memperindah permukaan papan limbah potongan kayu tersebut. Kualitas hasil finishing ini dapat dilihat dari warna, kilap, kehalusan, dan sifat dekorasi (menarik, indah). (Kasmudjo, 2010 : 55)
     Finishing dapat dilakukan menggunakan dua cara yaitu pengolesan dan penyemprotan. Jenis-jenis bahan yang dapat digunakan sebagai finishing tergantung pada hasil akhir yang diinginkan. Jika ingin menampakkan serat alami kayu, dapat digunakan melamic dan politur. Tetapi jika serat kayu tersebut ingin ditutupi dan menghaasilkan kayu yang halus, dapat menggunakan cat duco.

    Limbah potongan kayu yang biasanya banyak dihasilkan oleh pabrik furniture tak hanya akan menjadi limbah buangan semata jika masyarakat dapat mengetahui cara pemanfaatannya agar menjadi benda yang memiliki fungsi kembali. Salah satu cara pemanfaatannya adalah dengan mengolah kembali limbah potongan kayu tersebut menjadi papan kayu yang kemudian dapat digunakan menjadi pelengkap berbagai macam elemen interior. Kayu yang biasanya banyak digunakan pada furniture seperti kayu jati, sonokeling, dan mahoni dapat dipadu padankan dan menciptakan nilai estetis.
   Limbah potongan kayu tersebut diproses kembali menjadi papan kayu dengan proses perekatan dan perataan atau pengetaman. Setelah melalui proses tersebut, limbah potongan kayu akan menjadi sebuah papan dari limbah potongan kayu yang kemudian dapat dimanfaatkan dalam interior menjadi benda pakai seperti partisi, top table, pelapis dinding, dan sebagainya.
    Selain mengurangi pencemaran dari limbah, hal ini juga dapat berfungsi untuk menaikkan nilai pakai dan nilai ekonomi suatu benda, sehingga jika cara pengolahan limbah potongan kayu ini dapat diberdayakan di masyarakat, dapat juga menaikkan taraf hidup masyarakat dengan menciptakan lahan pekerjaan baru dari pengolahan limbah pabrik ini.

  
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

A.    Waktu dan Tempat Penelitian
1.      Waktu                   :  Selasa, 13 Oktober 2015
TempatPenelitian  :  Pengerajin kayu
B.     Metode
·         StudiPustaka :Metode pengumpulan data dengan artikel atau buku sebagai narasumbernya.
·         Wawancara   :Kegiatan diskusi antara peneliti dengan para nara sumber. Kami melakukan wawancara dengan beberapa pengerajin untuk mendapatkan informasi mengenai Pengelolaan Limbah Potongan Kayu.
·         Observasi     :Observasi, yaitumetode pengumpulan data yang dilakukan dengan cara pengamatan langsung pada objek penelitian. Kami  melakukan observasi langsung untuk meninjau langsung objek dari laporan penelitian kami.

C.     Rancangan Penelitian
1.      Mengunjungi tempat yang sesuai dengan judul laporan ini.
2.      Mewawancarai pemilik dan pekerja.
3.      Mengambil gambar atau foto sebagai bukti

D.    Populasi dan Sampel
Dalam penelitian ini kami mengambil data dari populasi para pekerja ditempat kerja dan kami kemudian mewawancarai sebagian dari mereka sebagai sampel untuk memperoleh informasi.

E.     Instrumen Penelitian
Instrumen yang kami gunakan adalah alat tulis, handphone dan dengan alat ini.Kami memperole data yang valid dari nara sumber.Selanjutnya kami membuat laporan ini dengan cara diketik.

F.      Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah :
1.  Observasi,yaitu metode pengumpulan data yang dilakukan dengan cara pengamatan langsung pada objek penelitian, makadariitu kami mengunjungi tempat pembuatan nya untuk mengamati langsung bagaimana kondisi sebenarnya daerah yang identik dengan gunungan limbah kayu.
2. Wawancara adalah kegiatan diskusi antara peneliti dengan para narasumber. Maka dar iitu kami  mewawancarai para pengrajin untuk mendapatkan informasi mengenai limbah kayu.
3. Studi Pustaka adalah metode pengumpulan data dengan artikel atau buku sebagai narasumbernya.Maka dari itu kami mencari artikel-artikel di internet yang berhubungan dengan laporan penelitian ini.

G.    Analisis Data

   Analisis  data yang digunakan dalam penelitian “LimbahKayu yang Merugikan Atau Menguntungkan?” melalui analisis kualitaif dan deskriptif. Analisis kualitatif adalah analisis yang menggunakan latar alamiah, dengan maksud menafsirkan fenomena yang terjadi dan diakukan dengan jalan melibatkan berbagai metode yang ada. Latar alamiah yang dimaksudkan adalah hasil yang dapat digunakan untuk menafsirkan fenomena dengan cara wawancara, pengamatan, dan pemanfaatan dokumen. Data yang diperoleh dari wawancara dan pengamatan dapat dikumpulkan menjadi satu dengan menggunakan analisis deskriptif.Analisis deskriptif adalah data yang dikumpulkan berupa kata-kata, gambar dan bukan angka-angka.


BAB IV
Kesimpulan dan Saran
a.    Kesimpulan
Kesimpulan dari laporan ini adalah, pengolahan limbah kayu dengan pengelolaan yang baik akan mendatangkan keuntungan dalam hubungan timbale balik antara masyarakat dengan lingkungan sekitar. Limbah kayu harus mampudiolah, dikelola, dandimanfaatkan dengan baik.
         Tetapi, jika limbah kayu hanya dibiarkan menumpuk hingga menggunung maka akan merugikan warga atau orang-orang itu sendiri, terutama mereka yang tinggal di dekat sekitar pengrajin. Tanpa mereka sadari perlahan-lahan hal itu mengganggu kesehatan mereka.

b.    Saran
1.      Sebaiknya baik semua pihak masyarakat saling mendukung dengan cara menjalankan perannya masing-masing sehingga Undang-Undang Tentang Bagaimana Kedisiplinan dalam Membuang limbah berjalan dengan baik sebagaimana mestinya.
2.      Pemerintah harus tegas dalam memberikan sanksi terhadap masyarakat yang tidak mematuhi peraturan mengenai membuang limbah sembarangan, khususnya para pengerajin yang bersangkutan.
3.   Seharusnya limbah kayu bisa dimanfaatkan untuk pembuatan barang atau kreatifitas lainnya.